Melalui SK Nomor 021-SK/PWI-P/HPN/I/2024 tanggal 9 Februari 2024 yang ditandatangani Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Penanggung Jawab HPN 2024 Hendry Ch Bangun bersama Ketua Panitia HPN 2024, Marthen Selamet Susanto, disebutkan, PCNO merupakan bentuk pengakuan kepada orang-orang pers yang telah menunjukkan kinerja profesional, berdedikasi, berkorban kepada dunia pers dan kemerdekaan pers pada tahun-tahun pengabdiannya.
“Pemberian PCNO ini menyimbolkan upaya masyarakat pers untuk memperhatikan orang-orang yang patut menjadi teladan dengan prestasi yang mereka capai, dengan harapan menjadi aspirasi bagi insan pers, khususnya muda, sekaligus meneruskan jejak emas mereka.”
Selain Teguh Santosa, penerima PCNO lain di tahun ini adalah Hasril Chaniago (Sumatera Barat), Muhammad Syahrir (Sumatera Utara), Budiharjo (Bali), Sadagori Henoch Binti (Kalimantan Tengah), Kambali (Riau), Luna Agustin (Riau), Hermanto Ansam (Riau), Sri Mulyadi (Jawa Tengah), Achmad Zaenal Muttaqin (Jawa Tengah), Widiyartono (Jawa Tengah), Adhi Wargono (DKI Jakarta), Budi Nugraha (DKI Jakarta), dan Norman Chaniago (PWI Pusat).
Teguh Santosa yang merupakan pendiri Kantor Berita Politik RMOL juga pernah menjabat Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat (2013-2018) dan Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat (2018-2020). Dia juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Confederation of ASEAN Journalists (CAJ) pada 2018.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, itu juga berkiprah di dunia internasional. Ia diundang sebagai pembicara di beberapa kegiatan internasional, seperti di Korea Selatan, Korea Utara, Maroko, Kuba, dan Venezuela.
Teguh juga merupakan salah seorang petisioner masalah Sahara Barat di PBB New York. Dia telah tiga kali tampil di forum itu, yakni pada 2011, 2012, dan 2023. Selain itu dia juga observer Pemilu di Federasi Mikronesia (2009), Maroko (2011), dan Venezuela (2018 dan 2022).
Teguh menyelesaikan pendidikan S-1 dari Universitas Padjadjaran Bandung dan S-2 dari University of Hawaii at Manoa (UHM), Amerika Serikat. Dia juga pernah menuntut ilmu di National University of Singapore (NUS). Kini dia tengah menyelesaikan pendidikan doktoral di Jurusan Hubungan Internasional Unpad.
Buku-buku yang telah ditulisnya adalah “Komisi I” (2009), “Di Tepi Amu Darya” (2018), “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” (2018), dan “Buldozer dari Palestina” (2022).
Selain itu Teguh juga mengantongi penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk sejumlah kegiatan.
BERITA TERKAIT: